BUDIDAYA IKAN SEPAT SIAM
BUDIDAYA IKAN SEPAT SIAM
OLEH : ALDINO GIBRAN LUBIS, S.Pi
Ikan Sepat Siam dikenal sebagai ikan asin yang lezat. Beberapa danau di Sulawesi,
Sumatera, dan Kalimantan berpotensi sebagai penghasil ikan asin sepat.
Ikan ini juga sering di pajang di akuarium sebagai ikan hias.
Lama – kelamaan, ikan ini menjelma menjadi salah satu komoditas ketahanan pangan yang sedang dikemabngkan.
Di bawah ini beberapa tips dan tahapan cara budidaya sepat siam baik untuk pemula maupun yang sudah lama di kolam terpal, kolam tanah, serta akuarium.
JENIS IKAN SEPAT SIAM
Ikan sepat siam yang mempunyai nama ilmiah Trichogaster pecroralis Regan. Famili Anabantidae ini memiliki badan memanjang.
Bentuk tubuh pipih ke samping (compressed). Mulut kecil dan disembulkan.
Jari – jari sirip perut pertama mengalami modikasi atau perubahan menjadi filamen yang panjang hingga mencapai ekor.
Warna badan pada daerah punggung hijau kegelapan, sedangkan pada bagian samping memiliki sisik berwarna lebih terang.
Terdapat garis – garis melintang pada bagian kepala dan badan. Pada sirip dubur terdapat 2 – 3 garis hitam membujur atau longitudinal. Ikan ini panjang dapat mencapai maksimal 25 cm saja.
KEBIASAAN HIDUP SEPAT SIAM DI ALAM
Sepat siam berasal dari Thailand. Di habitat aslinya, ikan ini hidup di rawa – rawa yang pH – nya rendah.
Ikan ini datang ke Indonesia tahun 1934 dan pertama ditebarkan di rawa daerah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Hasilnya positif dan penangkapan di perairan umum sekitar 60% adalah sepat siam.
Sayangnya, masyarakat
jawa hanya senang mengkonsumsi sebagai ikan asin dan kurang tertarik
memeliharanya. Oleh karena itu, ikan ini kurang populer di Jawa. Ikan gepeng ini bisa hidup pada tempat bersuhu 25 – 35 derajat C dengan ketinggian tidak lebih dari 800 dpl.
MAKANAN IKAN SEPAT SIAM
Sepat siam sangat menyukai fitoplankton dengan ukuran dan komposisinya masih lembut.
Golongan zooplankton yang disukai oleh ikan dewasa adalah Ciliata, Rotifera, Cladocera, Copepoda, dan Chlorophycea.
Untuk ikan dewasa lebih menyukai tumbuhan tingkat tinggi yang membusuk di perairan.
Sementara itu, golongan
fitoplankton yang sangat disukai oleh benih biasanya yang bernama
Bacillariphyceae, Cyanophyceae, dan Flagellata.
KEBIASAAN BERKEMBANG BIAK
Dibanding dengan ikan ordo Labyrinthici yang lain seperti gurame, ikan ini memiliki kebiasaan berbeda.
Bila ikan gurame membuat sarang sebelum memijah, sepat siam membuat gelembung udara.
Hal tersebut dilakukan pada saat usia 7 bulan ke atas.
Telur yang dihasilkan
induk betina biasanya sekitar 7.000 – 8.000 butir. Akan tetapi, yang
menjadi benih hanya sekitar 4.000 ekor saja.
Hal itu karena tidak semua telur dibuahi oleh sperma atau karena ada yang tidak menetas.
Seperti telur gurame, telur septa siam bersifat mengapung (pelagis) karena mengandung globul minyak.
Telur – telur yang sehat berwarna kuning atau putih kekuningan.
Biasanya, telur akan
menetas setelah 36 – 48 jam sejak pembuahan. Kuning telur sebagai
cadangan pakan akan habis diserap dalam waktu sekitar 3 – 7 hari.
Ikan ini dapat dipijahkan tanpa mengenal waktu pemijahan sehingga memungkinkan produksi benih sepanjang tahun.
Ikan ini dapat ditebar
di kolam yang kurang mendapat pergantian air, misalnya kolam air limbah,
kolam galian pasir, atau genangan air.
MEMILIH INDUK
Perbedaan kelamin induk sepat dapat dilihat dari bentuk dan panjang – pendeknya sirip punggung.
Sepat betina memiliki sirip punggung membulat, pendek, serta tidak mencapai dasar pangkal sirip ekor.
Sementara itu, sepat jantan memiliki sirip punggung panjang mencapai dasar pangkal sirip ekor dan bentuknya lancip.
Selain bentuk sirip punggung, perbedaan kelamin ikan ini dapat dilihat dari warna atau tinggi badannya. Warna induk ikan betina biasanya lebih bersih atau lebih terang, sedangkan ikan jantan berwarna lebih gelap.
Tinggi badan ikan jantan biasanya lebih tinggi dari ikan betina. Induk yang baik untuk dipijahkan minimal berumur 7 bulan.
PEMIJAHAN SEPAT SIAM DI KOLAM
Untuk memijahkan sepat siam sebenarnya tidak memerlukan perlakuan khusus atau istimewa.
Pemijahan dapat meniru kebiasaan hidupnya di alam dan memberikan tingkat keberhasilan lebih tinggi.
KONSTRUKSI KOLAM PEMIJAHAN
Sepat siam tidak
membutuhkan aliran air yang besar dalam pemijahannya. Bahkan, di kolam
air tergenang pun ikan ini dapat memijah.
Namun, sebaiknya disediakan kolam pemijahan yang cukup baik, diantanranya mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
Luas lahan pemijahan tergantung lahan yang tersedia, biasanya antara 50 – 300 m2 dengan kedalaman air sekitar 70 – 100 m.
Kolam pemijahan miring
ke arah pintu pengeluaran air dan dilengkapi kemalir di bagian dasarnya.
Kolam harus selalu dikontrol agar tidak mengalami kebocoran.
PERSIAPAN PEMIJAHAN SEPAT SIAM
Kolam budidaya sepat siam yang telah dikeringkan diisi air setinggi 70 – 100 cm.
Sebelum induk ditebar, 7
– 10 hari sebelumnya kolam diberi pupuk kandang, lalu pintu pemasukan
dan pengeluaran air ditutup air ditutup selama seminggu.
Ini bertujuan agar pakan alami selalu tersedia untuk benih setelah kining telurnya habis.
Setelah itu, induk sepat
siam yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan
perbandingan antara jantan dan betina 1:1.
Induk jantan memiliki
sifat membuat sarang sebelum memijah sehingga pada pemupukan air kolam
harus disediakan bahan untuk melindungi sarang yang dibuatnya.
Bahan pelindung tersebut
dapat berupa jerami padi segar yang ditebarkan merata di seluruh
permukaa kolam, terutama bagian pinggirnya.
Jerami sangat penting karena akan melindungi telur dari air hujan dan angin.
PEMIJAHAN
Pemijahan diawali oleh membuat gelembung udara busa di bawah jerami.
Pembuatan sarang ini
membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 hari. Biasanya, gelembung udara (buih)
yang terbentuk bergaris tengah 1,5 – 1 mm.
Pada saat jantan membuat
sarang, perangainya berubah menjadi galak dan tidak akan membiarkan
kain lain mndekati sarangnya, termasuk induk betina.
Namun, begitu sarang sudah selesai dibuat, perangainya akan berubah menjadi lemah lembut, terutama terhadap induk betina.
Bermodalkan sarang busa tersebut, tidak sulit bagi induk jantan untuk memikat betina yang telah matang telur.
Telur – telur tersebut
akan mengapung di bawah sarang busa karena induk jantan mengajak induk
betina mengeluarkan telur di bawah sarang yang telah dibuatnya.
Telur – telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 2 – 3 hari sejak pembuahan.
Setelah itu, induk jantan akan merawat telur dan larvanya.
Larva yang baru menetas akan mendapatkan pakan cadangan dari kuning telurnya.
Hingga hari yang ke – 7, benih sepat akan memakan plankton yang tersedia dari hasil pemupukan.
Di dalam kolam pemijahan
ini, telur – telur dibiarkan menetas dan larvanya tumbuh bersama dengan
induknya hingga berumur 30 hari.
Setelah itu, induk
dipisahkan dari benih – benihnya, lalu kembalikan ke kolam pemeliharaan,
sedangkan benihnya dipelihara di kolam tersendiri.
PEMBESARAN
Pembesaran sepat siam dilakukan sejak benih berumur 2 bulan dan biasanya telah berukuran 5 – 6 cm.
Pada usia itu, ikan dianggap sudah bisa melindungio diri dari serangan ikan predator atau kompetitornya.
Persiapan kolam
pembesaran dilakukan seperti halnya pada kolam pemijahan yaitu kolam
dipupuk terlebih dulu untuk menumbuhkan pakan alami ikan.
Untuk pembesaran sepat siam tidak boleh hanya mengandalkan pakan alami yang terbatas jumlahnya.
Untuk memperoleh
pertumbuhan yang diharapkan, ikan harus disuplai pakan dari luar kolam
berupa tepung (dedak, tepung daun), kangkung, lemna, daun singkong, dan
pelet.
Pertumbuhan ikan sepat
di kolam yang telah dipupuk dan tambah pemberian pakan akan mencapai
ukuran 7 – 9 cm setelah berumur 3 bulan sejak penetasan.
Pada umur 6 bulan, panjang total ikan dapat mencapai 10 – 12 cm.
0 komentar:
Posting Komentar